Baitul muslim (Keluarga
Islami) adalah komunitas mitsaly (teladan)
dari sebuah masyarakat Islami dan daulah Islamiyah, ia dibangun di atas
asas aqidah yang bersih (tauhid), ibadah yang shahih, akhlak yang lurus, dan
fikrah Islamiyah yang kokoh. Ia adalah sebuah perwujudan dari makna firman
Allah SWT:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ
اللّهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا
فِي السَّمَاء () تُؤْتِي أُكُلَهَا
كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللّهُ الأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ
يَتَذَكَّرُونَ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap
musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat”. (Ibrahim: 24-25)
1. Memelihara Aspek Tauhid
Sebuah Rumah tangga berstatus
Islami manakala asas penegakannya didasari Tauhidullah, sebab seluruh orientasi
hidup ini akan sangat ditentukan oleh asasnya.
Dari sinilah maka Rasulullah Saw
mensyariatkan penanaman Tauhid kepada umatnya dimulai sejak usia dini yaitu
ketika manusia baru terlahir dari rahim sang ibundanya untuk
diadzankan.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan
Turmudzi dari Abu Rofi’ berkata:
رَأيْتُ رَسُولَ الله صلى الله
عليه وسلم أذَّنَ في اُذُنِ الحسن بن عَلِيّ حينَ
ولَدَتْه فاطمة (رواه أبو دود
والترمذي)
“Aku melihat Rasulullah Saw mengumandangkan adzan pada telinga Al
Hasan bin Ali RA ketika Fatimah RA melahirkannya”.
Catatan: Para ulama berbeda
pendapat terkait dengan disyariatkannya adzan dan iqamat pada bayi yang baru
lahir. Perbedaan tersebut merujuk pada bagaimana menyikapi hadits atau riwayat
tentangnya. Sebagian ulama, seperti Syeikh Nasiruddin al-Albani, menyatakan
bahwa hadits-hadits tentang adzan dan iqamat pada bayi dhaif atau lemah, bahkan
ada yang sangat lemah, sehingga tidak bisa dijadikan sebagai dalil. Sementara kalangan
lain, seperti Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, mengakui disyariatkannya adzan dan
iqamah pada bayi di mana pendapat ini juga diikuti oleh banyak ulama hingga
saat ini seperti Allamah Abdul Aziz ibn Abdullah ar-Rajihi. Adapula pendapat
lain yang diutarakan oleh Syeikh Utsaymin bahwa riwayat iqamat di telinga kiri
bayi memang lemah, namun adzan di telinga kanan boleh dilakukan meski memang
ada catatan dalam riwayatnya. (syariahonline.com)
2. Memperhatikan Ibadah dan kepatuhannya kepada Allah
Suasana Islami yang tercermin
dari keluarga muslim adalah ketaatan dan ibadahnya kepada Allah SWT, upaya
menumbuhkan suasana tersebut adalah dengan pembiasaan, untuk
terwujudnya hal tersebut maka antara sesama anggota keluarga harus saling
menopang.
Dalam upaya menumbuhkan kebiasaan
gemar beribadah pada anak-anak maka ajaklah mereka ke masjid, bila datang
Ramadhan latihlah mereka untuk berpuasa dan seterusnya.
Sabda Rasulullah SAW:
مُرُوا أولادَكم باِلصلاةِ
وهُمْ أبْناءُ سَبْعِ سِنينَ, واضْرِبوهُم علَيْها وهُمْ أبناءُ عَشرٍ وفرِّقوا بينَهم
في المَضَاجع (رواه الحاكم)
“ Perintahkan anak-anakmu menjalankan shalat jika mereka sudah
berusia tujuh tahun, dan jika sudah berusia sepuluh tahun pukullah mereka jika
tidak mau melaksanakannya dan pisahlah tempat tidur mereka”.
3. Menyemai nilai akhlak Islami: Amanah, muraqabah (merasa dalam
pengawasan Allah), shidiq, dll.
Penyangga utama rumah tangga
Islami setelah tauhid dan ibadah adalah akhlak, ia adalah pangkal kedamaian dan
sakinah sebuah keluarga. Bila anggota keluarga telah tertanam dalam perilakunya
sifat amanah, jujur, merasa diawasi oleh Allah SWT dalam segala tindak
tanduknya, maka kalau di dunia ini ada surga maka itulah ia.
Sabda Rasulullah Saw:
سُئل رسولُ الله صلى الله عليه
وسلم عن أكْثَرِ مايُدخِلُ الناسَ الجنةَ بعْدَ تقوى اللهِ,
قال: حُسْنُ الخُلُقِ
“ Faktor yang paling banyak menyebabkan seorang manusia masuk
surga setelah taqwa adalah akhlak yang baik” (HR Turmudzi).
Perhatikan dua kisah berikut ini:
Pertama: Suatu pagi buta
seorang ibu penjual susu berkata pada putrinya: nak campur saja susu itu dengan
air agar menjadi banyak, Khalifah Umar kan tidak tahu, maka sang anak yang
telah di didiknya dengan kejujuran dan muraqabatullah dengan santun menjawab;
mohon maaf ibu, kalau Amirul mukminin tidak tahu maka Allah SWT Maha
Mengetahui.
Kedua: Suatu
siang di sebuah lembah di luar Madinah Umar RA berjumpa dengan seorang
penggembala kambing yang sedang menggembalakan ratusan gembalanya, lalu Umar RA
bertanya: hai Abdallah bolehkah aku beli seekor saja kambingmu? jawab penggembala
itu: tidak tuan, kambing-kambing ini bukan milik saya. Umar RA berkata:
bukankah gembalaanmu sangat banyak? Andaikata berkurang seekor saja maka tuanmu
tidak akan mengetahuinya? Jawab penggembala: benar tuan, pemilik kambing ini
tidak tahu, tapi di mana Allah?
4. Penuh perhatian
Seorang laki-laki shalih ia
begitu perhatian pada istrinya, berkata santun, memenuhi kebutuhannya,
dan mencintainya, selalu mengayomi agar istri selalu dalam ketaatan
kepada Allah SWT dan Rasul SAW. Dan seorang wanita shalihah ia selalu
menyenangkan suami, menaati perintahnya, dan menjaga kesucian dirinya, berpesan
kepada suaminya di pagi hari, dan menanyakan keadaannya di sore hari.
Keduanya sangat perhatian akan
keselamatan anak-anaknya, mentarbiyahnya dengan tarbiyah Islamiyah, memberikan
makan dengan rizki yang halal.
Demikianlah Rasulullah Saw
contohkan kebaikan perhatiannya terhadap keluarga dalam segala hal, sehingga
layak Beliau Saw menyatakan:
خَيركُم لأهلِه وانا خيركم
لِأَهْلِيْ
“ Sebaik baik kamu semua adalah orang yang paling baik
perhatiannya terhadap keluarganya, dan aku (Rasul Saw) adalah orang yang
terbaik di antara kalian perhatianku terhadap keluargaku”.
5. Penuh perhatian dan bersemangat dalam berpartisipasi memenuhi
kewajiban-kewajiban dakwah, dan merasa mulia dengan dakwah
Karakter dan sifat spesifik dari
keluarga Islami adalah keterikatannya dengan dakwah, ia adalah keluarga dakwah
itu sendiri, cukup bagi kita melihat rumah tangga Rasulullah Saw dan Khulafaur
Rasyidin RA setiap a’dha dari rumah-rumah pembesar Islam ini saling
berkompetisi ingin berbuat yang terbaik untuk Islam. Dengarkan apa yang
dikatakan oleh Abu Bakar RA yang begitu bangganya dengan dakwah Islam ini di
tengah menurunnya moralitas sahabat sepeninggal Rasul Saw:
أيَنْقُصُ الإسلامُ وأنا حَيٌّ
Akankah Islam menjadi lemah sedangkan saya masih hidup?
Dan inilah Umar RA berkata:
مَنْ طَلبَ العِزَةَ بغيرِ
ما أعَزَّنا اللهَ بهِ أذَلَّنا
Barang siapa mencari kemuliaan dengan selain apa yang Allah telah
muliakan kita, maka kita akan hina.
Simaklah apa yang dikatakan oleh
ibu Khansa RA kala menerima berita syahidnya keempat putranya:
الحمدُ لله الذي شَرَّفَنِي
بِقتْلِهِمْ عَسَى اللهُ انْ يَجْمعَنا جَمِيعا في الجنةِ
“Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan orang seperti aku ini
dengan syahidnya putra-putraku, semoga Allah berkenan kumpulkan kami semua di
surga.
6. Memelihara ajaran Islam dalam setiap urusan rumah tangga
(pakaian, makanan, minuman, tidur, bangun, dzikir, dan aktivitas lainnya.
Sungguh tak satupun urusan
kehidupan manusia ini yang tidak diatur oleh Islam, sebuah keluarga Islami ia
menjalankan perannya dalam mengaplikasikan nilai-nilai agung, didasari sebuah
pernyataan:
رضيتُ با لله ربا وبالإسلام
دينا و بمحمد نبيا ورسولا
(Rela Allah sebagai Rabb, menjadikan Islam sebagai aturan hidup
dan menjadikan tuntunan Rasul Saw sebagai rujukan utamanya)
Ia sadar bahwa keselamatan hanya
dengan mengikuti sunnah. Imam Malik rahimahullah berkata:
السُنَّةُ مِثلُ سَفِينَةِ
نُوْحٍ, مَنْ رَكِبَها نَجَا وَمَنْ تَخَلَّفَ عَنْها غَرِقَ
Sunnah Rasul Saw itu ibarat perahu nabi Nuh As (saat terjadi
taufan), maka barang siapa naik maka selamatlah ia, dan barang siapa tidak mau
menaikinya maka tenggelamlah ia.
7. Menjaga kebersihan dan keindahan rumah
Sungguh keindahan Islam itu
sebahagiannya diperankan oleh keluarga Islami, karena ia senang hidup bersih,
dalam perilaku, pakaian, makanan, usaha dan sebagainya, ia sadar bersih adalah
pangkal keindahan. Demikianlah Rasul Saw nyatakan:
إن اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الجَمالَ,
طَيِّبٌ لا يَقْبَلُ إلا طَيِّبا
Sesungguhnya Allah itu Maha Indah menyukai keindahan, Allah itu
Maha Baik Maha Mencintai kebaikan.
8. Membentengi rumah dari pencemaran akhlak
Di antara tantangan yang berat
dihadapi keluarga muslim saat ini adalah serangan Ghazwul fikri, sehingga
hampir setiap rumah kita tak terhindar dari panah-panah beracun yang di
lepaskan oleh musuh-musuh Islam.
Maka
sebuah kesadaran Islam (al wa’yu al Islami)
harus terus di hidupkan melalui interaksi yang intens terhadap nilai-nilai
Islam, dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar agar nuansa keislaman rumah,
anak-anak, lingkungan, dan seluruh aktivitas kita mampu terbentengi dari
pencemaran akhlak.
Sabda Rasulullah Saw:
من رأى منكم منكراً فليغيْره
بيده، فإن لم يستطع فبلسانه، فإن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الإيمان) رواه مسلم(.
Barang siapa di antara kamu melihat kemunkaran maka hendaklah ia
mengubah dengan tangannya, apa bila tidak mampu maka dengan lesannya, apa bila
tidak mampu maka dengan hatinya dan yang demikian itu adalah selemah-lemah
iman.
9. Menjaga dan memelihara status dan hak masing-masing
Di antara karakteristik keluarga
Islami adalah terpeliharanya status dan hak masing-masing anggota keluarga. Ada
ayah ia sebagai pemimpin dan bertanggung jawab seisi rumah akan keselamatan
mereka, ia punya hak untuk dihormati dan ditaati selagi perintahnya tidak
bertentangan dengan syariat Islam, Ada ibu ia mengayomi anak-anak, menumbuhkan
kesejukan dan membahagiakan dan ia punya hak untuk dimuliakan, dan ada
anak-anak mereka butuh kedamaian, bimbingan dan perawatan, mereka pun punya hak
atas statusnya untuk disayangi.
Di sinilah letak cerminan dari
arahan Allah SWT dalam doa yang diajarkan kepada keluarga muslim-mukmin, Firman
Allah SWT:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا
Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah
kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami),
dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Al Furqan: 74)
10. Sederhana dalam ma’isyah (tidak berlebihan)
Al Basathah (kesederhanaan)
menjadi karakter Islam, sehingga penerjemah Islam secara aplikatif yaitu
Rasulullah Saw demikian sederhana dalam kehidupannya. Tidak pelit dan tidak
juga boros, terbaik dalam memberi nafkah, sifat inilah yang diturunkan oleh
Al-Quran ke dalam dada setiap mukmin.
Firman Allah SWT:
وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا
لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan,
dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara
yang demikian. (Al Furqan:
67)
Firman Allah SWT:
يَا بَنِي آدَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمْ
عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ
الْمُسْرِفِينَ
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid,(^) makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.(^) Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. . (Al a’raf: 31)
(^) Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan salat atau tawaf
sekeliling Kakbah atau ibadah-ibadah yang lain (^) Maksudnya: jangan melampaui batas yang dibutuhkan oleh
tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.
11. Menjaga hak tetangga, dan saudara dalam dakwah
Keindahan karakter keluarga
Islami juga tercermin dari interaksi sosial masyarakatnya. Cukuplah Rasul Saw
sebagai teladan kita untuk kita pegangi arahannya; sabda Beliau Saw:
مَنْ كانَ يؤُمِنُ بالله و
اليومِ الإخِرِ فاليُكْرِمْ جارَهُ
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia
memuliakan tetangganya
Tetangga kita ada di antaranya
memiliki tiga hak, ada yang dua hak dan ada yang hanya memiliki satu hak saja.
Adapun yang memiliki tiga hak
adalah dia seorang muslim, kerabat dan rumahnya dekat dengan rumah kita.
Yang memiliki dua hak adalah ia
seorang muslim dan tinggalnya dekat dengan kita, sedang yang satu hak adalah ia
rumahnya dekat dengan rumah kita. Dan masing-masing mereka menuntut untuk
ditunaikan hak-haknya.
Tentang hak saudara Rasul Saw.
Bersabda:
حق المسلم على المسلم ست: إذا
لقيته فسلم عليه, وإذا دعاك فأجبه, وإذا
استنصحك فانصحه, وإذا عطش فحمد
الله فشمته, وإذا مرض فعده, وإذا مات
فأتبعه.
“Hak sesama muslim itu enam: bila berjumpa berilah salam, bila
diundang hadirilah, bila meminta nasihat berilah nasihat, bila bersin dan ia
membaca hamdalah doakanlah, bila sakit jenguklah dan bila meninggal dunia maka
antarkan sampai ke makamnya”.
Sumber: Dakwatuna.com
0 komentar:
Posting Komentar